Pembahasan 5 Teori Pembentukan Tata Surya Lengkap
Tata Surya merupakan salah satu sistem Bintang yang terdapat di galaksi bimasakti. Sistem tata surya merupakan suatu keluarga terdiri atas matahari sebagai pusatnya, planet-planet, bulan, komet, meteor dan anggota-anggota lain yang bergerak mengelilinginya.
Dari sekian angota tata surya tersebut hanya matahari yang dapat memancarkan cahaya sendiri, sedangkan anggota tata surya lainnya hanya memantulkan cahaya sendiri. Berikut ini adalah teoro-teori terbentuinya tata surya.
a. Teori Nebula
Teori kabut (Nebula) pada dasarnya mengungkapkan terbentuknya tata surya melalui tiga tahap.
- Pada mulanya matahari dan planet masih berbentuk kabut yang sangat pekat dan besar.
- Kabut tersebut berputar dan berpilih dengan kuat sehingga terjadi pemadatan di pusat lingkaran yang selanjutnya membentui matahari. Pada saat yang bersamaan terbentuk juga materi lain dengan massa yang lebih kecil dari matahari. Materi tersebut dinamakan planet dan bergerak mengelilingi matahari.
- Materi-materi yang terbentuk tersebut tumbun menjadi semakin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari. Gerakan materi-materi tersebut berada dalam suatu orbit yang tetap dan membentuk susunan yang disebut tata surya.
Teori Nebula Immanuel Kant (1724-1804)
Immanuel Kant adalah seorang filsuf dan ilmuan Jerman. Ia merupakan orang yang pertama kali mengemukakan teori nebula. Menurut Kant, tata surya terbentuk oleh gumpalan kabut (nebula) yang terdiri atas bermacam-macam gas. Awalnya gas-gas di angkasa yang massanya besar menari gas-gas yang massanya kecil yang berada di sekelilingnya hingga membentuk gumpalan gas yang menyerupai cakram.
Gumpalan gas tersebut mengalami pemampatan dan penyusutan sehingga menyebabkan perputaran kabut menjadi semakin cepat. Gumpalan kabut bermassa besar yang berada di pusat cakram menjadi matahari, sedangkan gas-gas disekitarnya mengalami penurunan suhu dan menyusut membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.
Teori Nebula Piere Simon de Laplace (1794-1827)
Piere Simon de Laplace adalah seoran ahli fisika Prancis. Laplace berpendapat bahwa tata surya berasal dari kabut gas raksasa yang sejak awal telah berputar dalam keadaan panas. Kabut gas tersebut selalu memancarkan panas ke alam semesta yang dingin sehingga kabut tersebut menjadi dingin dan mengalami penyusutan. Keadaan tersebut menyebabkan perputarannya semakin cepat sehingga terjadi pemampatan di kedu kutubnya dan melebar di bagian ekuator.
Perputaran yang semakin cepat menyebabkan sebagian gas-gas di ekuator terlepas dari bola gas awal. Gas-gas yang terlepas tersebut selanjutnya membentuk bola-bola gas yang lebih kecil dan mendingin menjadi planet-planet yang mengelilingi bola gas awal, yaitu matahari.
Meskipun dasar teori yang dikemukakan oleh Kant dan Laplace berbeda, inti teori keduanya mengandung persamaan bahwa tata surya berasal dari kabut. Oleh karena itu teori ini lebih dikenal dengan sebutan teori Kant-Laplace. Teori Kant-Laplace ini selanjutnya menjadi dasae bagi para ahli astronomi dalam melakukan penelitian tentang tata surya.
b. Teori Planetesimal
Teori ini menyatakan bahwa suatu ketika sebuah bintang melintas ruang angkasa dengan cepat dan berada dekat sekali dengan matahari. Daya tarik bintang ini sangat besar sehingga menyebabkan pasang di bagian gas panas matahari. Akibatnya, massa gas terlempar daei matahari dan mulai mengorbit. Karena daya tarik matahari, massa gas itu tertahan dan bergerak mengelilingi matahari. Ketika massa gas menjadi dingin, bentuknya berubah menjadi cairan kemudian memadat. Akhirnya massa gas itu menjadi planet yang ada sekarang, termasuk planet bumi.
Sekitar tahun 1900, seorang astronomi bernama Forest Ray Moulton dan seorang ahli geologi bernama T.C. Chamberlain dari Universitas Chicago mengemukakan teori baru yang mereka namakan teori Planetesimal. Planetesimal adalah suatu benda padat kecil yang mengelilingi suatu inti yang bersifat gas.
Teori ini agaknya didasarkan pada kenyataan bahwa beberapa bintang di langit tidak pernah berhenti bergerak. Suatu ketika bintang yang bergerak itu melintas sangat dekat dengan matahari. Karena gaya gravitasi, terjadi gaya tarik-menarik antara matahari dan bintang yang melitas tersebut sehingga terjadi pasang. Planet yang terbentuk akibat pasang ini boleh jadi ada yang mengikuti bintang yang lewat tersebut.
c. Teori Pasang Surut
Teori pasang surut pertama kali dikemukakan oleh Buffon (1707-1788). Menurut Buffon tata Surya berasal dari materi matahari yang terlempar setelah bertabrakan dengan sebuah komet. Teori ini kemudian di perbaiki oleh Sir James Jeans dan Harold Jeffreys (1919).
Jeans dan Jeffreys mengemukakan bahwa ada sebuah Bintang besar yang mendekati matahari sehingga menyebabkan adanya efek pasang pada kabut matahari. Bintang besar tersebut juga menimbulkan kekuatan yang dapat menarik dan melepaskan sebagian massa matahari. Massa yang terlepas dari matahari itu pecah dan berputar, selanjutnya secara perlahan mendingin menjadi planet-planet dan satelit-satelit seperti yang sekarang. Teori ini lebih dikenal dengan sebutan Hiptesis Tidal James-Jeffreys.
d. Teori Lyttleton
Teori ini mengatakan bahwa matahari mulanya berupa Bintang kembar yang mengelilingi sebuah Medan gravitasi. Sebuah Bintang menabrak salah satu Bintang kembar dan mungkin menghancurkannya. Bintang yang hancur itu berubah menjadi massa gas yang berputar-putar.Karena terus berputar, gas ini menjadi dingin dan terbentuklah planet.
Adapun Bintang yang bertahan, menjadi matahari. Karena kekuatan gravitasinya, matahari menahan planet yang terbentuk dan beredar menurut lintasannya sekarang. Jadi, jelaslah bahwa teori ini juga didasarkan atas ide benturan.
Teori ini dinamakan sesuai dengan nama pencetusnya, yaitu R.A. Lyttleton. Ia adalah seorang astronom. Teori ini merupakan modifikasi dari teori benturan yang telah ada sebelumnya. Dalam beberapa hal, teori ini memberikan penjelasan yang lebih baik tentang asal tata Surya berdasarkan teori benturan.
e. Teori Awan Debu
Seorang ahli astronomi Jerman, Carl Von Weizsaecker pada tahun 1940-an mengemukakan pendapatnya tentang terbentuknya tata Surya melalui teorinya yang disebut teori proto planet. Teori proto planet itu kemudian disempurnakan oleh Gerard P. Kuiper pada tahun 1950-an dengan melakukan perbaikan teori-teori sebelumnya. Teori ini paling banyak diterima orang karena dianggap paling memenuhi syarat untuk keadaan yang ditemukan, baik di dalam maupun di luar tata Surya.
Dasar teori proto planet adalah bahwa matahari beserta planetnya (tata surya) berasal dark kabut gas. Kabut gas tersebut tersebar tipis-tipis di angkasa dalam jumlah yang sangat banyak. Karena adanya pengaruh gaya tarik antarmolekul dalam kabut gas tersebut, perlahan-lahan kabut gas menjadi gumpalan-gumpalan yang semakin padat. Keadaan tersebut disebabkan oleh gerak gas yang berputar tidak beraturan di dalam kumpulan kabut. Namun, secara perlahan gerak tersebut menjadi gerak berputar yanv memipihkan dan memadatkan kabut. Salah satu gumpalan yang mengalami pemampatan di tengah, sedangkan gumpalan-gumpalan yang kecil hanyut di lingkaran sekitarnya. Gumpalan yang berada di tengah itulah yang dikenal sebagai matahari.